Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Love Is All Around

  • Saturday, September 15, 2012
  • Gunmen
  • Labels:

  • Denpasar, Sabtu 15/09/12

    Hari yang gerah seperti biasa, Denpasar entah sejak kapan mulai menjadi kota sejuta manusia. “Dulu, Ayani (Jl Ahmad Yani) itu sepi sekali, aku naik sepeda gayung bisa jalan zig-zag. Sekarang buat jalan lurus saja susah. Terus, rumahmu yang sekarang, dulunya alas (hutan).”  Kata seorang teman baikku yang masa hidupnya dilalui di Jl A. Yani. Berbeda dengan kota asalku, Negara, sedari aku kecil hingga sekarang populasinya tetap segitu-segitu, jalan macet terjadi pada saat acara tertentu saja seperti saat arak-arakan ogoh-ogoh, malam takbiran, malam tahun baru dan perayaan hut kota.

    Menghabiskan jam siang sendirian, seperti biasa, pikiranku terbawa kemana-mana. Mengingat kembali apa yang pernah aku lakukan, prestasi, kebodohan, kemunafikan dan lainnya, ya bisa dibilang “Masa Lalu yang Tertinggal”. Satu hal yang menggelitik pikiranku hingga membuatnya bergelinjang adalah pernyataan seorang kawan baikku tentang “romansa”, ya bisa dibilang seperti itu.

    Siang itu, kira-kira dua-tiga bulan yang lalu, aku dan kawanku itu mengobrol menghabiskan waktu istirahat siang di kantor. Batang demi batang rokok dia habiskan sembari membahas topik, yang aku rasa cukup berat, tentang pekerjaan, peluang bisnis dan rutinitas. Sampai akhirnya dia mengeluarkan satu pernyataan yang bunyinya kurang lebih seperti ini, “Orang yang  mengejar karir, sebenarnya kehilangan satu bagian cerita dalam hidupnya, romansa. Karena kekosongan romansa tersebut dia menjadikan pengejaran karir sebagai pelarian.” Aku menanggapi sambil lalu saja dengan ekspresi meremehkan.
    ps: saat itu statusku sedang single.

    mother and father
    Sekarang, kata-kata itu terlintas di kepala. Mulai aku menerawang keadaan-keadaan di sekelilingku. Beberapa kawanku memang sedang dalam status single, tapi beberapa diantaranya single’nya level senior alias sudah single lama, sekali. Dari pengamatan dan pengalaman pribadiku (aku juga pernah single lama), ada saat-saat dimana rasa jenuh akan rutinitas itu muncul, saat-saat dimana karir dan hobi tidak bisa lagi dijadikan pelarian, saat-saat dimana teman-temanmu sibuk  dengan urusannya sendiri, saat-saat dimana menonton film dan main video game menjadi basi. Pernah suatu hari aku sampai berkata pada salah satu kawanku “sial, pengen sekali punya pacar”, tapi tanpa ada gerakan pendukung untuk mewujudkannya. Sebenarnya, saat orang bilang “buat apa punya pacar, bikin pusing, mending sendiri bisa bebas”, untuk aku, pernyataan itu super munafik. Semua orang berharap punya pasangan ideal, dan sebagian besar orang dewasa menikah.

    Belakangan ini aku menjadi setuju dengan teori kawanku tentang romansa itu. Semakin aku berpikir lebih jauh, menghubung-hubungkan dengan keadaan sekitarku, semakin mengkerucut pikiran itu kepada kedua orang tuaku. Bapakku “cuma” seorang pegawai negeri, dan ibuku pemilik warung makan kecil di kota Negara, dua figur manusia yang biasa-biasa saja buat dunia, tapi mereka dunia buat anak-anaknya, dan anjingnya. Adu argumen sudah biasa terjadi, tapi tetap saja pada akhirnya jalan dengan satu keputusan bersama dan kembali tertawa. Tak bisa kubayangkan bagaimana bila bapakku tidak menikah, disamping aku tak akan lahir pastinya hidupnya sama sekali idak punya arti dan faedah. Kerja-pulang kerja-pulang, akhir pekan dihabiskan dengan meceki (main kartu) bersama kawan-kawannya, rutinitas macam itu pelan-pelan bisa membuat manusia jadi robot.

    “when you meet the one that you’ve been waiting for,
    and she’s everything that you want and more.
    You look at her and you finally start to live for someone else.
     And then you find yourself, yeah that’s when you find yourself.”
    Find Yourself - Brad Paisley

    Sebagai peragraf penutup ocehan ini, aku mengutip kata-kata di sebuah buku yang membuat aku bisa melacurkan pikiranku tentang satu sisi “kelam” seorang anak “metal” sepertiku.

    “... bukan cinta namanya kalau hanya berdiam diri saja seperti padang pasir, atau menjelajahi dunia seperti angin. Bukan pula cinta namanya kalau hanya memandang segala sesuatu dari kejauhan, seperti yang kau lakukan. Cinta adalah daya yang mengubah dan memperbaiki Jiwa Dunia. Saat kita mencintai kita selalu berusaha menjadi lebih baik.”
    The Alchemist – Paulo Coelho

    Cinta mewarnai dunia.
    ps: I love my dog
    • Share

    2 comments:

    nasionalis rock n roll said...

    T.T
    inggita shanty, who ever u're... take care of my goodfella...

    ... no... take care each other...

    Gunmen said...

    bahaha..
    misi dogen mention.

    Post a Comment

    (c) All Right Reserved 2011 This Is who I really am. Blogger template by Bloggermint