Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Cerita tentang hujan, waktu, dan pilihan

  • Wednesday, November 9, 2011
  • Gunmen
  • Labels:
  • November 9th 2011

    Hari-hari yang basah, sejak kemarin hujan turun terus. My mother terus mengeluh “sing maan nyemak gae ape-ape” yang artinya kurang lebh “ga bisa ngapa-ngapain”. Benar memang, gara-gara hujan ibu tidak bisa pergi kepasar, Budi tak jadi pergi ke sekolah, Ayah pun tak bisa membajak sawah, tapi karena hujan aku jadi punya waktu buat buat nulis blog ini dan mengenang kejadian-kejadian yang sudah lalu.

    me and my partner in crime Prema
    Ada buku yang pernah aku baca di perpustakaan SMA N4Dps diwaktu senggang (karena bolos pelajaran bhs jepang :D), buku itu kumpulan cerpen-cerpen, seingatku sampulnya warna hijau. Di dalamnya ada sebuah cerpen yang ditulis oleh seorang guru (aku lupa guru apa dan dimana), ceritanya sangat bagus. Sayang aku lupa nama guru yang ngarang bahkan judulnya aku lupa. Hanya alur ceritanya yang aku ingat, maklum sudah 3-4 tahun yang lalu, diukur dari jumlah buku yang aku baca.

    Aku coba tulis ulang cerpen tersebut dengan gaya bahasaku sendiri, tdk akan mungkin detail seperti aslinya soalnya refrensiku hanya dari serpihan ingatan masa SMAku yang berliku (lika-liku laki-laki SMA). Tema yang ku tangkap dari cerita tersebut adalah waktu dan pilihan, semoga bisa dinikmati bagi yang mau kenikmatan::::

    Suara hentakan-hentakan langkah menyadarkan aku dari khayalanku, entah sudah berapa lama aku melamun diatas bangku ini. Aku lihat didepanku, seorang pria dan wanita berpakaian serba putih melintas tak acuh akan keberadaanku yang dilewatinya, mereka berjalan cepat seolah sedang mengejar sesuatu. Pikiranku mulai melayang-layang tak karuan lagi, kulihat jam tanganku menunjukan pukul 14.10, “sebaiknya aku pergi dari tempat yang tak nyaman ini” kataku dalam hati. Aku tarik nafas panjang, kukumpulkan energi untuk bangkit dari tempat duduku, tak seperti biasanya, kakiku terasa lemas saat mencoba memulai langkah. Mungkin karena terlalu lama duduk pikirku, ditambah lagi aroma ruangan yang tidak sedap dan penerangan yang kurang bagus.

    Aku berjalan pelan di jalan yang biasa ku tempuh dari tempat kerja menuju rumah. Angin hari ini terasa lebih kencang, mungkin akan turun hujan atau bisa – bisa akan ada badai  hari ini, tanda-tanda alam belakangan mendukung hipotesaku. Beberapa menit berjalan aku melintas didepan kakek-kakek pedagang asongan, dia menawarkan sekaleng minuman ringan padaku sambil merajuk-rajuk “Den minumnya, bapak belum jual apa-apa dari tadi pagi”. Merasa terganggu, ku hardik pak tua tersebut, dia akhirnya diam dan aku berlalu meninggalkannya.

    Lewat disebuah lapangan, aku melihat sekelompok anak kecil bermain bola, alih-alih bermain bola mereka lebih terlihat bermain lumpur bagiku. Setetes dua tetes air turun membasahi wajahku dari langit, benar perkiraanku, hujan mulai turun. Aku ambil ancang-ancang untuk berlari, tiba-tiba dari arah lapangan beberapa anak kecil meneriakiku, “Om tendang bolanya sini!” “Woi Om, tendang sini bolanya!”. Aku lihat bola sepak mereka bergulir kearahku, ku terjang bola itu dan kutendang menjauh dari mereka.  Mereka berteriak-teriak kesal padaku, tak jelas kudengar karena aku langsung berlari menuju rumah menghindari hujan yang mulai turun.

    Hujan reda namun aku tetap berlari, 5 menit berlalu akhirnya aku sampai di depan gerbang rumahku. Aneh, tak biasanya halaman rumahku kotor berantakan, kemana istriku seharian? Aku berjalan ke arah pintu depan dengan perasaan kesal, di ujung teras rumah aku lihat sepasang sepatu kets lusuh dan kotor, siapa pemiliknya? Aku juga tak tahu. Saat hendak melepas sepatu, tiba-tiba pintu terbuka, sesosok pria keluar dari dalam rumahku, badannya penuh keringat dan hanya mengenakan kaos dalam. Aku semakin gusar setelah melihat istriku dari dalam rumah hanya mengenakan daster terusan yang mini. Aku hampiri pria tersebut, ku usir dia, kuhardik-hardik dengan kata-kata kasar. Aku masuk ke dalam rumah dan membanting pintu, sontak istriku kaget ada aku dirumah, “kenapa pulang cepat Pa?” tanyanya, suaranya bergetar, mungkin karena kaget atau mungkin karena takut. Tanpa memberikan jawaban, ku tampar dia hingga terjatuh. Amarahku menguasai pikiranku, tanpa sadar kuambil vas bunga di meja, kuhantamkan benda itu kekepalanya. Istriku pingsan tak sadarkan diri, “apa yang telah aku lakukan?”. Amarahku berubah menjadi ketakutan, takut telah membunuh istriku, wanita yang menemaniku selama ini. Ku bawa istriku ke rumah sakit, ambulance mengantarnya ke UGD. Aku hanya bisa duduk diam diruang tunggu rumah sakit sambil melamun dan menyesal.
    ***
    Deru langkah menyadarkan aku dari lamunanku, kulihat seorang pria dan wanita berpakaian putih-putih melintas didepanku. “Siang, Pak” kata wanita tersebut padaku sambil memberi senyum. Kubalas senyumnya padaku, “senyum yang manis” batinku. Tak lama kemudian aku beranjak dari tempatku duduk,"dari pada lama-lama disini lebih baik aku pulang" kataku menyemangati diri.

    Seperti biasa, aku melewati rute yang biasa kulalui saat pulag kerja. Udara siang ini segar, tak seperti belakangan yang selalu hujan. Tak lama berjalan, seorang anak kecil pedagang asongan menghampiri aku, dia menawarkan sekaleng minuman ringan padaku sambil merajuk-rajuk “Om minumnya, saya belum jual apa-apa dari tadi pagi”. Aku merogoh uang disaku, ku keluarkan uang duapuluhribuan untuk membeyar minuman kaleng itu. Aku katakana pada anak itu untuk menyimpan kembaliaannya. Aku berlalu dan meninggalkan anak tersebut kegirangan, “Om makasi ya Om” teriaknya dari belakang.

    Lewat disebuah lapangan, aku melihat sekelompok anak kecil bermain bola, alih-alih bermain bola mereka lebih terlihat bermain lumpur bagiku. Aku berhenti sejenak memperhatikan mereka asik bermain, Bola mereka tiba-tiba bergulir kearahku, salah satu dari mereka berteriak padaku “Om tendang sini bolanya”, tanpa pikir panjang kutendang bola itu ke arah mereka, “bagus juga tendanganku” pikirku merujuk pada arah bola yang kutendang tepat sasaran. Anak-anak dilapangan berteriak mengatakan terimakasih padaku yang berjalan pergi meninggalkan mereka.

    Lima menit berjalan, aku akhirnya sampai didepan rumah. Ada apa ini? Batinku, sedikit kaget melihat halaman yang masih kotor berantakan. Saat hendak masuk rumah, seorang pria keluar dari pintu depan, badannya penuh keringat dan hanya mengenakan kaos dalam, Ia mengambil sepatu ketsnya yang diletakannya diujung teras. “Permisi Pak” katanya saat lewat dihadapanku sambil tersenyum simpul. Dari dalam rumah istriku, berjalan cepat menyambut kedatanganku, “Kok pulang cepat Pa?” , “Iya” hanya itu jawabku, “Itu kenapa halaman berantakan? ‘trus yang tadi siapa?” sambungku mencari tau. Istriku tersenyum sembari berkata “ooh tadi aku tidur siang kelamaan, lelah sekali habis nyuci kebetulan hari ini tidak hujan. Bapak tadi tukang ledeng yang aku panggil, kan kamu yang nyuruh?”. Aku hanya tersenyum mendengar jawaban istriku.
     end--

    Barang siapa yang tau ttg cerita ini tolong informasikan aku, atau yang mau cari tau informasikan aku kalo sudah tau, tentang judul dan pengarang cerpen ini.
    Makasi

    cut my vein open, I bleed Liverpool and Indonesia Red
    -- YOU'LL NEVER WALK ALONE, BERBEDA TAPI TETAP SATU --

    • Share

    0 comments:

    Post a Comment

    (c) All Right Reserved 2011 This Is who I really am. Blogger template by Bloggermint